Skip to main content

3 Malam

Hai gais, ini script pertama audio dramaku bersama tim om-om, ibu-ibu, dan kakak-kakak The Podcasters Indonesia. Selamat menikmati!


Dapat diakses di instagram thepodcasters.id


PREMIS GABUNGAN

Seorang gadis tuna netra merasa dirinya adalah manusia yang paling bahagia, karena dia selalu mendapat cerita dari ibunya tentang betapa indah dan damainya dunia yang mereka tinggali. Sama halnya dengan kekasih si gadis tersebut yang mencintainya setulus hati memilih untuk selalu menutupi kondisi yang sebenarnya terjadi.

Kondisi keterbatasan penglihatan semenjak lahir membuat sang Ibu memilih untuk menceritakan kebohongan akan kondisi yang terjadi dengan dalih agar sang anak tidak merasa khawatir dan takut. 

Hingga suatu saat, dunia sang gadis yang indah dan damai berubah, karena kekasih yang mencintainya tak kunjung datang dan menghilang.

Akhirnya, si gadis mulai memberanikan diri untuk pergi keluar rumah mencari sang kekasih tanpa sepengetahuan ibunya. Ditengah jalan pencariannya, ia mendengar berbagai macam suara yang tidak menggambarkan keindahan serta kedamaian seperti yang selama ini diceritakan ibunya.

Dadanya menjadi sangat sesak saat ia menyadari betapa selama ini ia hidup dalam kebohongan, dan betapa naasnya ia kini karena kekasihnya hilang entah kemana.

  

TEASER

 

(suara warga berlari)

 

Yu’ Tatik

“Yu mi, ayo ikut antri beli beras,”

 

Yu’ Mi (Ibu)

“Duh, iyo tak nyusul, duluan ndak papa,”

 

Narrator

Mereka hanya ingin hidup bahagia.

 

Wiyadi

“Bu, saya minta izin untuk menikahi Narti,”

 

Yu’ Mi (Ibu)

“Ada apa kok senyum-senyum gitu?”

 

Narti

“Narti seneng banget bu,”

 

Narrator

Tapi keraguan telah mengalahkan kepercayaan itu sendiri.

 

Yu’ Mi (Ibu)

“Bisa kamu pikirkan lagi apa yang akan kamu putuskan, Wiyadi?”

 

Wiyadi

“Kenapa Ibu bisa berfikir seperti itu? Aku yakin itu pilihan terbaik dan akan baik-baik saja dia bersamaku,”

 

Yu’ Mi (Ibu)

“Nartii, Nartii, kamu di mana nak?”

 

Narti

“Mas pergi kemana tho? Aku bingung cari ke mana lagi?!”

 

Narrator

The Podcasters Indonesia Originals mempersembahkan..

 

(suara riuh antrian)

 

Yu’ Tatik

“Ealah yu, bener tho, kemarin beli beras seliter empat ratus lima puluh rupiah hari ini sudah naik lagi,”

 

Yu’ Mi (Ibu)

“Ya kalau punya duit yo ndak papa yu. Susah saya gaji rendah kok harga barang naik terus,” 

 

Narti

“Aku nggak salah dengar, bukan?” 

 

Narrator

Instagram Audio series 3 Malam

Menemani kalian setiap Kamis malam

Hanya di Instagram The Podcasters Indonesia

 

Narti

“Wiyadi kemana ya bu?”

 EPISODE 1

 

Scene 1: teras rumah

 

(suara warga berlari)

 

Yu’ Tatik

(Tergesa-gesa tapi urgensinya mesti naik. Tempo: agak cepat)

“Yu’ mi, ayo antri beli beras, hari ini harganya empat ratus lima puluh rupiah seliter. Antriannya dah panjang, nanti ndak kebagian!”

 

Yu’ Mi (Ibu)

“Duh, iyo tak nyusul, duluan ndak papa, Yu’ Tatik.”

 

Yu’ Tatik

“Nanti naik lagi harganya, lhoo...”

 

Yu’ Mi (Ibu)

“Pelan-pelan ngomongnya, Yu’ Tatik.”

 

Narti

“Ada apa, bu? Kenapa ramai sekali?”

 

Yu’ Mi (Ibu)

“ndak ada apa-apa, Narti. Ibu mau ke pasar dulu.

Mumpung beras lagi murah.” 

 

Narti

“Nggih, bu.”

 

Yu’ Mi (Ibu)

(berbisik)

“Sek tunggu, Yu’ Tatik. Jangan ngomong yang aneh-aneh ke Narti.”

 

*****





Scene 2: rumah

Narti

(ketawa terus agak sedih)

“Percuma mas mau keliling dunia? Narti juga ndak bisa lihat apa-apa.”

 

Wiyadi

“Eh, ndak usah sedih. Kan ada Mas Wiyadi.”

 

Narti

“Apa ndak capek mas, Narti nanya terus, ini apa, itu apa?”

 

Wiyadi

"Nek wes trisno yo piye. Narti, mau menikah dengan mas?"

 

Narti

(tersenyum malu)

"Ehmm"

 

*****

 

Scene 3: tempat beli beras (Tukang beras: Om Poltak)

 

Wiyadi

“Saya mau minta izin, bu”

 

Yu’ Mi (Ibu)

“Izin apa, Wiyadi?, ini Ibu masih ngantri beli beras”

 

Wiyadi

(tegas)

“Untuk menikahi Narti, bu”

  

EPISODE 2

Scene 1: di rumah

Narti

“Bu..,”

 

Yu’ Mi (ibu)

“Ada apa Narti? Kamu lagi mikir apa?”

 

Narti

“Mas Wiyadi ngelamar, Bu. Narti bingung harus jawab apa,”

 

Yu’ Mi (ibu)

“Kalau belum yakin, dipikir dulu, Narti,”

 

Scene 2: di luar rumah

Yu’ Mi (ibu)

“Kamu sanggup menerima kekurangan Narti, Wiyadi?”

Wiyadi

“Kulo tresno, bu,”

Yu’ Mi (ibu)

“Kamu masih sering ikut ngumpul sama mereka? Ibu takut Narti kenapa-kenapa, Wiyadi. Cukup ibu yang pernah merasakan pahitnya,”

Wiyadi

“Saya janji Narti akan baik-baik saja, bu,” 

***

Scene 3: di rumah

Siaran RRI

(intro musik)Inilah radio republik Indonesia membawakan acara siarannya untuk malam hari ini, Selasa, 28 September tahun Sembilan belas enam puluh lima,(fade out) selamat mengikuti siaran kami, selamat mendengarkan, dan tetap merdeka! (music pengiring berita) Kenaikan harga beras dan kebutuhan pokok lainnya membuat suasana berbagai daerah menjadi gawat.…” 

Narti

“Mas Wiyadi ke mana ya, bu? Kok belum dateng,”

Yu’ Mi (ibu)

“Sabar tho, Narti. Nanti juga dateng,”

Narti

“Apa Mas marah ya,bu?”

 

Transisi mobil lewat di jalanan
“Soekarno lewat!, Soekarno Lewat!...”

 

EPISODE 3

Scene 1: Halaman Luar (Malam)

 

Pajar

"Kamu udah siap, Di?”

 

Wiyadi

“Sudah Mas Pajar, semua sektor yang saya pegang sudah aman!”

 

Sri

“Kenapa kamu Di? Kok pucat?

Apa ada yang diluar rencana?”

 

Wiyadi

“Ga apa Sri, lagi ada yang kupikirkan,”

 

Pajar

Mikirin apa sih Di?”

 

Sri

Mesti Narti, ya?”

 

Wiyadi

“Iya (suara agak berat dan gontai), saya ngelamar Narti.

Tapi urusan kita..(jeda keburu dipotong)

 

Pajar

“Fokus dulu, kalau rencana pimpinan kita lancar,

urusanmu pasti lancar,Di”

 

***

 

Scene 2: Rumah (Pagi: suara burung)

Siaran RRI

(intro musik)Inilah radio republik Indonesia membawakan acara siarannya untuk pagi hari ini, Rabu, 29 September tahun Sembilan belas enam puluh lima,(fade out) selamat mengikuti siaran kami, selamat mendengarkan, dan tetap merdeka! (music pengiring berita) 100.000 masa rakyat ibukota mengadakan aksi tunjuk  hidung terhadap setan kota, kapbir, pencoleng dan koruptor..…”

Narti

“Bu, hati Narti ndak tenang,”

Yu’ Mi (ibu)

“Jangan mikir macem-macem, Narti.

Narti

“Mana bisa, bu? Mas ndak pamit, mesti ada apa-apa”

 

Episode 4 - Finale (Alternative Plot & Ending)

 

Scene 1: Rumah (pagi)

 

Yu’ Mi (ibu)

“Kenapa gelisah terus? Kamu ditemani ibu disini lho baik-baik saja, Narti.”

 

Narti

“Apa yang bisa diharapkan dengan kondisi Narti yang ndak sempurna, Bu?”

 

Yu’ Mi (ibu)

“ Narti,...(sedih memelas)”

 

***

 

Scene 2: Rumah (Pagi: suara burung)

Notes: Di sini dibikin Narti nya kabur tanpa sepengetahuan Ibu

 

Siaran RRI

“(intro musik)Inilah Radio Republik Indonesia membawakan acara siarannya untuk pagi hari ini, Kamis, 30 September tahun Sembilan belas enam puluh lima,(fade out) selamat mengikuti siaran kami, selamat mendengarkan, dan tetap merdeka! (musik pengiring berita) Kecemasan masyarakat atas gejolak politik dan situasi ekonomi yang makin memburuk menambah krisis kepercayaan terhadap pemerintah.…”

 

Narti

(Bergumam) “Mas Wiyadi…”

 

Yu’ Mi (ibu)

“Buat apa kamu terus berharap sama orang yang ndak bertanggung jawab seperti Wiyadi?”

 

Narti

“Narti harus cari mas Wiyadi, bu,”

 

Yu’ Mi (ibu)

“Kamu mau cari dimana, Narti? Wiyadi ada dimana kamu juga ndak tahu,”

 

Narti

“Ya, makanya Narti harus cari tahu, bu,”

 

Yu’ Mi (ibu)

“Apa susahnya sabar menunggu dirumah saja, Narti?”

(Emosi agak meninggi)

 

Yu’ Tatik

“Yu’miiii! berasnya dah’ dateng. Ayuk cepet antri nanti keburu habis!”

 

Yu’ Mi (ibu)

“Yasudah Narti, Ibu ke pasar dulu ya. Nanti kita bicara lagi”

 

***

 

Scene 3: Di rumah,Narti mulai mencoba kabur

 

Narti

“Aku harus cari mas Wiyadi.”

 

Transisi

(suara pintu/pagar terbuka)

Note: Di sini coba bangun suasana orang-orang bubaran, (buat jeda dari narti kabur sampai Ibunya pulang lagi)

 

Yu’ Mi (Ibu)

Narti,... Narti? Narti? Kamu di mana nak?

(Diam sejenak, mulai panik)

NARTI??? NARTIIII!

 

Yu’ Tatik

Yu’Mi, ada apa??

 

Yu’ Mi

(Sambil panik) Narti kabur, Yu’ Tatik!













Scene 4: Dijalan

Note: Di sini Narti mulai mendengar sayup-sayup kenyataan pahit

 

Pria 1

“Makanya denger radio jangan denger tanggalnya aja. Itu lihat tuh harga beras naik lagi.”

 

Wanita 1

“Yo mau hidup bagaimana? Barang mahal semua, uang nggak seberapa?”

 

Wanita 2

“Lho ini kok harga naik lagi? Dari kemarin naik terus, habis duit kita ini”

 

Pria 2

“Kok bisa-bisanya ya tega sama rakyatnya sendiri?”

 

Narti

“Mahal? Harga naik? Ini apa? Kenapa semua orang mengeluh begini? Ibu ndak pernah bilang kalo ndak ada uang...” (kemudian mulai menangis)

 

Narti

“Apa mas Wiyadi juga bohong sama Narti ya?”

 

Yu’ Mi (Ibu)

“NARTIII, kamu di mana nak?”

 

“NARTIII!”

 

“Coba pak, bu, cari Narti ke arah jalan raya, siapa tau belum jauh”

 

Bystander/Orang lain 1

“Itu ada anak nangis duduk di pinggir jalan. Sepertinya Narti itu pak, bu!”

 

Yu’ Mi (Ibu)

“Mana? Mana?! NARTIIII!!!”

 

Narti

(masih mewek) “Buk?”

 

Note: Di sini Ibu dan Narti mulai menangis

 

Yu’ Mi (Ibu)

“Narti, maafkan ibu ya. Ayuk kita pulang.”

 

Narti

“Tapi mas Wiyadi bagaimana…(dipotong oleh Ibu)

 

Yu’ Mi (Ibu)

“Nanti kita bicara di rumah ya…”




Scene 5: Di sisi jalan dari kejauhan


Pajar

“Sri, apa perlu kita beritahu Wiyadi? Kondisi Narti seperti itu?”

 

Sri

“Wiyadi sudah konsen ke tujuannya, apa tidak berbahaya buat Wiyadi?”

 

Pajar

“Tapi Wiyadi juga sahabatku Sri..”

 

Sri

“Mas Pajar bilang sendiri kalo kita harus fokus!, ayo kita balik biar ndak keburu sore, masih banyak yang harus kita siapkan”

 

***




Scene 6: Di rumah

 

Narti

“Jelasin ke Narti bu, kenapa semua orang di luar marah, sedih, banyak yang ndak punya uang?”

 

Yu’ Mi (Ibu)

“Kita lagi susah, Narti. Beras saja rebutan, walopun harganya mahal”

 

Narti

“Ibu jahat sekali sampai tega membohongi Narti selama ini,”

 

Yu’ Mi (ibu)

“Itu semua ibu lakukan demi kebahagiaanmu Narti,”

 

Narti

“Apa bisa disebut bahagia kalau nyatanya Narti dikhianati sama cerita-cerita ibu yang Narti nggak pernah tau apa yang sebenarnya terjadi?”

 

Yu’ Mi (ibu)

“Ibu tidak ingin melihatmu sedih, Narti”

 

Narti

“Tapi sakit hati Narti, bu”

 

Yu’ Mi (ibu)

“Maafkan ibu, Narti”

 

Narti

“Terus mas Wiyadi bagaimana, bu? Dia pergi ke mana?”

 

Siaran RRI

“(intro musik)Inilah radio republik Indonesia membawakan acara siarannya untuk malam hari ini, Kamis, 30 September tahun Sembilan belas enam puluh lima, selamat mengikuti siaran kami, selamat mendengarkan, dan tetap merdeka! (music pengiring berita)...”

 

Scene 7: Di jalan

(suara truk jalan)

 

Wiyadi

“Aku akan selalu mencintaimu, Narti, meskipun kita tidak bisa terus bersama”

 

Outro - Epilog

Siaran RRI

“(intro musik)Inilah radio republik Indonesia membawakan acara siarannya untuk malam hari ini, Jumat, 1 Oktober tahun Sembilan belas enam puluh lima, selamat mengikuti siaran kami, selamat mendengarkan, dan tetap merdeka! (music pengiring berita)...Di ibukota republik Indonesia, Jakarta, telah terjadi gerakan militer angkatan darat, dengan dibantu oleh pasukan-pasukan dari Gerakan 30 September yang dikepalai letnan kolonel Untung, komandan batalyon Tjakrabirawa. Pasukan pengawal pribadi presiden Soekarno, ini ditujukan kepada jendral-jendral anggota APA yang menamakan dirinya dewan jenderal. Sejumlah jenderal telah ditangkap, dan alat komunikasi yang penting-penting beserta objek-objek vital lainnya berada dalam kekuasaan Gerakan 30 September,”

 

Urutan plot:



  1. Malam hari Narti masih gusar, Ibu mulai kesal
  2. Ibu pergi ngantri ke pasar lagi di pagi hari di tanggal 30, namun Narti akhirnya berusaha untuk kabur
  3. Narti meninggalkan rumah, Ibu mulai panik ketika tidak menemukan Narti
  4. Narti mulai mencari, namun mulai mendengar kenyataan di lapangan
  5. Ibu menemukan narti, kemudian akhirnya berusaha mengajaknya pulang dan mulai mengobrol
  6. Narti mendengar semua kenyataan, lalu Wiyadi pun melihat dari kejauhan

 

Comments

Popular posts from this blog

Makin PeDe Belajar Nyetir dengan Mobil Bekas dari OLXmobbi

Pakai mobil yang biasa aja, kalau baret nggak nyesel, kamu belajar pakai mobil itu sampai bisa, Itu adalah pesan papa saat aku dan adikku sedang belajar menyetir mobil. Sama halnya dengan naik sepeda yang perlu berulang kali jatuh hingga meninggalkan bekas luka, belajar naik mobil terkadang juga memberikan bekas baret saat menabrak sesuatu ketika kami tidak sengaja melakukan kesalahan.  Seperti saat memundurkan mobil pick up di pertigaan kecil, pandangan kami fokus pada spion yang melihat bagian mobil belakang hingga kami tak sadar badan mobil depan sudah tergores tembok. Melihat kejadian itu, Mama memarahi kami bagaimana itu bisa terjadi dan menyuruh kami untuk fokus. Namun belajar tidak berhenti saat kita berbuat kesalahan bukan? Papa memberikan opsi untuk membeli mobil bekas dengan harga terjangkau jika terjadi kerusakan tidak terlalu sakit hati. Harga mobil sudah mahal, apalagi jika ditambah biaya perawatannya yang diluar budget. Tentunya kami berjanji untuk mengendarai mobil d...

3 Rekomendasi Tempat yang Wajib Dikunjungi di Magelang

     Bosan ke Jogja mau ganti suasana baru? Bisa mampir ke tetangga samping dengan jarak kurang lebih 45 km atau 1,5 jam. Magelang juga punya wisata menarik, oleh-oleh yang berjejer banyak dipinggir jalan, juga makanan lezat yang wajib dikunjungi.     Magelang dikenal dengan sebutan Kota Seribu Bunga karena banyak taman yang dibangun disela-sela padatnya bangunan. Perjalanan menuju Magelang hanya dapat dilakukan menggunakan kendaraan darat seperti motor, mobil, dan bus. Kota yang termasuk dataran tinggi ini terletak diatas 350 mdpl menemani perjalanan Anda dengan hawa sejuk.     Penasaran dengan tempat-tempat yang wajib dikunjungi di Magelang, yuk simak 3 rekomendasi tempat berikut, 1. Bukit Menoreh Sumber foto : Solopos Wisata negeri di atas awan terletak di puncak Bukit Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Wisata ini dapat menjadi alternatif bagi Anda yang ingin menikmati keindahan pemandangan dari atas bukit tanpa harus jauh ...